Natal dan Kebebasan

 Natal dan Kebebasan






Kami dari Petisi Rakyat Papua Wilayah Timika. Melihat Natal sebagai kedamaian palsu yang diciptakan oleh Negara demi menutupi kemunafikan dan kejahatan Negara terhadap Rakyat Papua.

Karena di setiap bulan Natal itu Papua masih terus Berdukacita. Kebebasan dan kedamaian hanya seremonial dan propaganda Kolonialisme dan kapitalisme untuk mengeksploitasi sumber daya alam di Papua.


Natal Tak Akan Pernah Mengobati Penderitaan Rakyat Papua dan Rasa Sakit Hati Rakyat Papua Dari Sorong sampai Samarai dan Lebih khususnya di Daerah Ndugama,Intan jaya, Puncak Papua,Timika, Kiwirok, Yahukimo, Pengunungan Bintang, Yapen, Maybrat, dan Beberapa Daerah Lainnya Di papua Duka yang abadi karena Kita dipaksakan untuk tak merayakan Natal,Kita dipaksakan dalam ruang Duka saat Hati ingin Suka

Kita dipaksakan untuk melupakan kelahiran Yesus dengan Letusan dan tembakan


Manusia Rayakan Natal, Tanpa Pesan Kemanusiaan.


Pertama kita harus mengerti tentang apa maksud manusia dan kemanusiaan, tentunya kedua kata ini memiliki arti yang berbeda. Hal yang paling krusial lagi adalah; dunia ini dipenuhi dengan manusia, tapi yang diperjuangkan untuk kemanusiaan jarang sekali dijumpai dan kita berbicara soal kemanusiaan, itu upaya mengangkat harkat dan martabat atas dirinya sendiri. Bagimna dengan manusia yang tidak mempunyai kemanusiaan, padahal misi Tuhan Allah dalam menterjemahkan melalui Yesus Kristus Sang Putra Natal adalah " memanusiakan manusia dari penjajahan dosa"


Perayaan natal kali ini, sebagai manusia yang beradab seharusnya wajib menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Karena itu, sebagai peganti pernak-pernik Natal, bisakah kita hanya menghiasinya dengan relung tragedi kemanusiaan ndugama, intan jaya, kiwirok, Yahukimo, maybrat, serta menyampaikan pesan duka untuk west papua dipodiom-podiom perayaan natal yang terhormat.


Sepanjang separuh dari Papua menderita, ada dalam pengungsian, dalam penyisiran, dan penembakan, maka arti pesan damai natal tidak terwujud seutuhnya. Hanya perayaan-perayaan euforia yang dilakukan oleh manusia tanpa kemanusiaan. Karena itu, kami yang tergabung dalam Petisi rakyat Papua wilayah timika melihat dalam dunia realitas yang duka lara ini.

Natal hanyalah seremonial Negara atas kejahatan di West Papua, Pada prinsipnya Natal hanya membawa malapetaka bagi Rakyat Papua. Bahkan Natal ini RASIS karena Negara sendiri memiliki kegembiraan atas derita dan air mata Rakyat Papua itu sendiri.


Untuk itu kami dari Petisi r

Rakyat Papua Wilayah Timika menyatakan Sikap.


1.Tarik Militer Organik dan Non Organik diseluruh Wilayah Pengungsi (Papua)

2.Stop menggunakan Natal sebagai motif Kedamaian untuk menutupi kejahatan Negara di Tanah Papua

3.Tutup Perusahaan Asing di Seluruh Tanah Papua

4.Cabut UU Otonomi Khusus Jilid II

5.Cabut UU Omnibus Low

6.Negara harus bertanggung Jawab atas Pelanggaran HAM di atas Tanah Papua

7.Berikan Hak Penentuan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis Bagi Bangsa Papua.


Timika, 25 Desember 2022


Koordinator petisi rakyat Papua


Ardhy murib

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh sebastian-julian. Diberdayakan oleh Blogger.