Bola kaki di era modernisasi


 Bola kaki di era modernisasi

( by.Ferry Mirip )


Sepak bolah di era moderenisasi sepak bola adalah alat perjuangan bangsa. Kalimat “sepak bola adalah alat perjuangan bangsa” masyhur dalam benak rakyat mediadekade kedua abad ke-20 di “Negeri Yang Terperentah” (sekarang Indonesia). Tokoh pergerakan dari “Negeri Yang Terperentah” tidak sedikit yang menggemari olahraga ini; Moh. Hatta, Sjahrir, Tan Malaka adalah salah tiga di antara sekian banyak tokoh pergerakan yang menggemarinya.

Tan Malaka dalam Madilog pernah menganalogikan perjuangan bangsa dengan sepak bola sebagaimana tercantum dalam karyanya yang berjudul Madilog, “Apabila kita menonton satu pertandingan sepakbola, maka lebih dahulu kita mesti pisahkan si pemain, mana yang masuk klub ini, mana pula yang masuk kumpulan itu. Kalau tidak begitu, bingunglah kita. Kita tak bisa tahu siapa yang kalah, siapa yang menang. Mana yang baik permainannya, mana yang tidak” 

Tersirat Tan Malaka memberikan “wejangan” bahwa dalam perjuangan, ketelitian sangat diperlukan untuk mengetahui siapa yang berjalan seirama dan siapa yang menjadi penghalang bagi perjalanan kita. Dari sini kita paham ada kedahsyatan tersendiri dalam sepak bola: sepak bola bukan sekedar permainan olahraga melainkan berfungsi sebagai analogi dalam pemikiran.

bagemana orang Papua melihat sepak bola itu sendiri, tidak dapat di pungkiri jika Papua melahirkan segudang pemain bertalenta yang sedang bermain di liga Indonesia.

   Persipura salah satu tim asal Papua yang sempat berlaga di liga Indonesia serta liga AFC, jika kita balik melihat sejara Persipura di bentuk pada tanggal 1 mei  1963 ada yang bilang 1962,1965,1950 yang dimana Tahun-tahun itu Papua belum tergabung dalam Indonesia di Tahun-tahun itu juga Papua sedang dalam operasi militer Indonesia, banyak terjadi pembunuhan, penghilang paksa dll. Saya menganggap hal ini sebagai salah satu kado yang tidak pernah dimenangkan sama halnya dengan Otonomi khusus (OTSUS) di Tahun 2000 sampai 2020 dan Otsus Jilid 2 yang di berikan Indonesia. di balik hadia ini  operasi militer terus di gencarkan dan pencaplokan secara paksa west papua ke dalam Indonesia, kita ingat bagaimana proses penentuan pendapat rakyat (Pepera) itu berjalan tidak sesuai mekanismenya yang seharusnya one men one veto.

Sponsor Persipura awalnya sempat di sponsori oleh Telkomsel dan Bosowa namun tidak lagi semenjak 2018 dan entah bagaimana hingga di sponsori oleh PT Freeport Indonesia. Yah di sini kita harus tau sejara di balik PT Freeport Indonesia ini secara garis besar  Freeport masuk di west Papua  pada 7 April 1967 yang kita tau west Papua masih belum jadi bagian dari Indonesia karna Pepera di lakukan pada tahun 1969, maka  sejatinya  bahwa Freeport ilegal diatas tanah  west Papua.

   Suporter Persipura Jayapura adalah PersipuraMania atau The Comen's berdiri tahun 2004 yang terdiri dari 18 elemen suporter, Black Boys 1963, dan kelompok suporter Ultras BlackPearl Curva Nord berdiri 6 Juli 2017 yang berada di kota Jayapura dan juga dari berbagai kota besar di Indonesia bahkan di belahan dunia. Ketika melihat hegemoni di Indonesia maupun di negara-negara Barat ada banyak yang membuat aliansi sporter yang melawan dan itu belum terlihat di sporter Persipura, jika adapun itu hanya sepersekian persen dari ribuan sporter persipura yang ada  saat ini.

Rasisme Terhadap orang west Papua (bangsa Papua) itu terjadi di pemain-pemain yang sedang bermain di liga Indonesia dan para pemain Persipura dan ini sering sekali terjadi, pada puncaknya kasus Rasisme  16 Agustus 2019 terhadap mahasiswa Papua di Surabaya yang mengakibatkan terjadi aksi - aksi di beberapa kota di Indonesia dan masyarakat west Papua yang menyikapinya dengan aksi demonstrasi di beberapa kota di west Papua ini adalah salaatu bentuk akumulasi kemarahan akibat dari Rasisme dan penindasan yang terus terjadi terhadap bangsa west Papua, banyak respon yang terus berdatangan dari beberapa pemain sepakbola dan pemain Persipura sendiri.
  LEBIH TERHORMAT MANA MONYET MENCARI ILMU DI RUMAH MANUSIA ATAU MANUSIA MENCARI MAKAN DI RUMAH MONYET? (BOAZ SALOSSA)

KAMI MELANESIA BUKAN MELAYU PULANGKAN SAJA KAMI KE PASIFIC (IMANUEL WANGGAI)
Sepak bola bukan sekadar permainan 11 vs 11. Bagi Tan Malaka dan Maradona, sepak bola adalah media perjuangan.




Tidak ada komentar

Gambar tema oleh sebastian-julian. Diberdayakan oleh Blogger.